2013/04/21

Rational Emotive Therapy

Rational Emotive Therapy adalah terapi yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinnya. Manusia adalah mahkluk yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti menusia bebas, berfikir, bernafas, dan berkehendak. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE.

RET lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tinngkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. RET sangat didaktif dan sangat direktif serta lebih banyak  berurusan dengan dimensi-dimensi fikiran dari pada dengan dimensi-dimensi perasaan. Konsep-konsep RET membangkitkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, yaitu :
Ø  Apakah pada dasarnya psikoterapi merupakan suatu proses reduksi?
Ø  Apakah sebaiknya terapis berfungsi terutama sebagai guru?
Ø  Apakah pantas para terapis menggunakan propoganda, persuasi, dan saran-saran yang sangat direktif?
Ø  Sampai mana keefektifan usaha membebaskan para klien dari keyakinan-keyakinan irrasional nya dengan menggunakan logika, nasihat, informasi, dan penafsiran-penafsiran?

Konsep Dasar
Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional.

Perkembangan kepribadian dimulai dari bahwasanya manusia tercipta dengan a) dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri. b) Kemampuan untuk self-destruktive, hedonis buta dan menolak aktualisasi diri.

Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian
Dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
1.    Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2.    Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3.    Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

Contoh Terapi Rasional Emotif
A (Antecedent event): “Saya takut anjing”.
B (Beliefs) pesan irasional: “Saya takut anjing berarti saya seorang penakut”.
   pesan rasional: ”Saya takut anjing, berarti saya payah, saya akan lebih dekat dengan anjing agar saya tidak takut lagi”.
C (Consequence): “Cemas, takut, lari, keringat dingin”.
D: “Tidak semua anjing menggigit dan suka menggonggong”.
E: Merupakan jawaban-jawaban yang telah dikembangkan. ”Ternyata tidak semua anjing suka menggigit dan menggonggong. Dia tidak akan menggigit dan menggonggong apabila kita tidak menganggunya”.

Ellis menandaskan bahwa karena manusia memiliki kesanggupan untuk berfikir, maka manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan yang menyabotase diri sendiri”. Untuk memahami dan mengonfrontasikan sistem-sistem keyakinan diperlukan disiplin diri, berifikir, dan belajar. Perubahan-perubahan kuratif dan preventif atas kecenderungan-kecenderungan menciptakan gangguan menjadi mungkin jika orang-orang dibantu dalam usahanya memperoleh pemahaman atas “ pemikiran yang sorong” dan atas “beremosi dan bertindak yang tidak layak”.

RET berasumsi bahwa karena keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai irasional orang-orang berhubungan secara kasual dengan gangguan-gangguan emosional dan behavioralnya, maka cara yang paling efisien untuk membantu orang-orang itu dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah mengonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana gagasan mereka sampai menjadikan mereka terganggu, menyerang gagasan-gagasan irasional mereka di atas dasar-dasar logika, dan mengajari mereka bagaimana berfikir logis dan karenanya mendorong mereka untuk mampu mengubah dan menghapus keyakinan irrasionalnya.

Tujuan Terapi Rational Emotive yaitu:
ü  Meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik
ü  Menunjukan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama adri gangguan-gangguan emosional yang dialami klien
ü  Mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar.
ü  Tidak hanya mengurangi ketakutan-ketakutan spesifik yang dialami klien, melainkan penanganan atas rasa takutnya secara umum
ü  Membantu klien membebaskan dirinya sendiri dari gejala-gejala yang dilaporkan yang tidak dilaporkan kepada terapis.

Ellis memberikan gambaran tentang bagaimana terapis berperan, atau apa saja yang harus dilakukan terapis dalam praktek rasional emotif, yaitu sebagai berikut:
a.       Mengajak klien untuk berfikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku.
b.      Menantang kepada klien menguji gagasan-gagasannya.
c.       Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
d.      Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
e.      Menunjukan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakina-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
f.        Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien.
g.       Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.

Kelebihan Rational Emotive Therapy:
+        Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
+        Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
+        Klien merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.

Kekurangan Rational Emotive Therapy:
-          Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
-          Ada sebagian klien yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
-          Ada juga sebagian klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.


sumber:
Corey, G. (2009). Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Surya, M. (2003). Teori-Teori Konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy.
Willis, S. (2004). Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

No comments:

Post a Comment